Jumat, 10 Juli 2015

Resensi Novel


Pasti  Ada Jalan

 Judul buku     : Early
Pengarang       : Syafrina Siregar
Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama
Terbit               : Juli 2013
Tebal               : 200 halaman



Lari dari masa lalu memang melelahkan. Apalagi bagi Early seorang anak keturunan Indonesia dan Belanda yang nekat melarikan diri ke sebuah kota yang sama sekali belum dikenalnya. Bergantung pada Marco, lelaki tampan yang dikenalnya saat di bandara, justru membawanya ke dunia yang lebih indah. Early sangat menikmati hidupnya saat bekerja di perusahaan Marco. Tapi tiba-tiba pekerjaan mengharuskannya kembali ke kota tempat masa lalunya.
             Masa lalu memang masih mengejar Early. Manto, pamannya yang ia kenal sebagai orang yang kejam berusaha dienyahkan Early dari mimpi buruknya, ternyata sudah menyiapkan rancana jahat untuk dirinya. Manto ingin menjual Early kepada lelaki hidung belang sama seperti ia menjual ibu kandung Early. Sementara ibunya sendiri tidak mampu melindungi Early dari kekejaman Manto. Akan tetapi Marco, lelaki yang diam-diam menyukai Early berusaha sebisa mungkin untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi Early. Sementara itu Mitha, wanita yang pernah baik dan banyak membantu Early, ternyata adalah seorang lesby yang jatuh cinta pada Early.
            Novel ini menggunakan bahasa yang komunikatif, mudah dipahami dan dicerna, jalan ceritanyapun sangat menarik walau ada kata yang salah dalam pencetakan tidak mengurangi keseruan cerita didalamnya, sehingga akan membuat pembaca penasaran dan ingin mengetahui jalan cerita yang sebenarnya. Dengan nama tokoh yang unik dan tidak biasa, membuat novel ini menjadi lebih istimewa.
            Novel karya Syafrina Siregar ini, mengajarkan kita tentang perjuangan cinta. Walaupun orang yang kita cintai belum tentu membalas cinta kita, setidaknya kita akan ikut bahagia jika orang yang kita cintai juga bahagia.Cerita dalam Novel ini, juga mampu meberikan pelajaran kepada remaja bahwa menghargai orang tua terutama ibu kita merupakan suatu kewajiban, karena orang tua terutama ibu kita pasti akan menginginkan yang terbaik untuk anaknya.
Tak pelak lagi, novel ini memiliki cerita yang begitu menarik dan berbeda dengan novel lainya, mulai dari cinta terhadap orang lain hingga cinta pada keluarga. Maka dari itu, novel dengan tebal 200 halaman ini begitu cocok untuk dibaca oleh remaja masa kini.

Perkembangan Islam di Sulawesi


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang.

Agama islam pertama masuk ke Indonesia melalui proses perdagangan, pendidikan, dll. Tokoh penyebar islam adalah walisongo antara lain; Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan Gunung Jati, Sunan Kalijaga, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Drajat, Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
Sampai dengan abad ke-8 H / 14 M belum ada pengislaman penduduk pribumi Nusantara secara besar-besaran. Baru pada abad ke-9 H penduduk pribumi memeluk Islam secara massal. Para pakar sejarah berpendapat bahwa masuk Islamnya penduduk Nusantara secara besar-besaran pada abad tersebut disebabkan saat itu kaum Muslimin sudah memiliki kekuatan politik yang berarti. Yaitu ditandai dengan berdirinya beberapa kerajaan bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka, Demak, Cirebon, serta Ternate. Para penguasa kerajaan-kerajaan ini berdarah campuran, keturunan raja-raja pribumi pra Islam dan para pendatang Arab. Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M antara lain juga disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu / Budha di Nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya dan Sunda. Thomas Arnold dalam The Preaching of Islam mengatakan bahwa kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk seperti halnya bangsa Portugis dan Spanyol. Islam datang ke Asia Tenggara dengan jalan damai, tidak dengan pedang, tidak dengan merebut kekuasaan politik. Islam masuk ke Nusantara dengan cara yang benar-benar menunjukkannya sebagai rahmatan lil’alamin.
Dengan masuk Islamnya penduduk pribumi Nusantara dan terbentuknya pemerintahan-pemerintahan Islam di berbagai daerah kepulauan ini, perdagangan dengan kaum Muslimin dari pusat dunia Islam menjadi semakin erat. Orang Arab yang bermigrasi ke Nusantara juga semakin banyak. Yang terbesar diantaranya adalah berasal dari Hadramaut, Yaman. Dalam Tarikh Hadramaut, migrasi ini bahkan dikatakan sebagai yang terbesar sepanjang sejarah Hadramaut. Namun setelah bangsa-bangsa Eropa Nasrani berdatangan dan dengan rakusnya menguasai daerah-demi daerah di Nusantara, hubungan dengan pusat dunia Islam seakan terputus. Terutama di abad ke 17 dan 18 Masehi. Penyebabnya, selain karena kaum Muslimin Nusantara disibukkan oleh perlawanan menentang penjajahan, juga karena berbagai peraturan yang diciptakan oleh kaum kolonialis. Setiap kali para penjajah – terutama Belanda – menundukkan kerajaan Islam di Nusantara, mereka pasti menyodorkan perjanjian yang isinya melarang kerajaan tersebut berhubungan dagang dengan dunia luar kecuali melalui mereka.
Maka terputuslah hubungan umat Islam Nusantara dengan umat Islam dari bangsa-bangsa lain yang telah terjalin beratus-ratus tahun. Keinginan kaum kolonialis untuk menjauhkan ummat Islam Nusantara dengan akarnya, juga terlihat dari kebijakan mereka yang mempersulit pembauran antara orang Arab dengan pribumi.

B.       Perumusan Masalah
1.      Bagaimana Sejarah masuknya Awal Islam Sulawesi
2.      Bagaimana Kerajaan Islam di Sulawesi
3.      Bagaimana Peninggalan sejarah islam di Sulawesi
4.     Bagaimana Kedatangan  Orang Melayu di Tanah Bugis Makassar

C.      Tujuan Penulisan
1.       Untuk mengetahui Sejarah masuknya Awal Islam Sulawesi
2.      Untuk mengetahui Kerajaan Islam di Sulawesi
3.      Untuk Mengetahui Peninggalan sejarah islam di Sulawesi
4.      Untuk mengetahui Bagaimana Kedatangan  Orang Melayu di Tanah Bugis Makassar



BAB II
PEMBAHASAN

A.       Sejarah Awal Islam Sulawesi
Ribuan pulau yang ada di Indonesia, sejak lama telah menjalin hubungan dari pulau ke pulau. Baik atas motivasi ekonomi maupun motivasi politik dan kepentingan kerajaan. Hubungan ini pula yang mengantar dakwah menembus dan merambah Celebes atau Sulawesi. Menurut catatan company dagang Portugis yang datang pada tahun 1540 saat datang ke Sulawesi, di tanah ini sudah bisa ditemui pemukiman Muslim di beberapa daerah. Meski belum terlalu besar, namun jalan dakwah terus berlanjut hingga menyentuh raja-raja di Kerajaan Goa yang beribu negeri di Makassar.
Raja Goa pertama yang memeluk Islam adalah Sultan Alaidin al Awwal dan Perdana Menteri atau Wazir besarnya, Karaeng Matopa pada tahun 1603. Sebelumnya, dakwah Islam telah sampai pula pada ayahanda Sultan Alaidin yang bernama Tonigallo dari Sultan Ternate yang lebih dulu memeluk Islam. Namun Tonigallo khawatir jika ia memeluk Islam, ia merasa kerajaannya akan di bawah pengaruh kerajaan Ternate.
Beberapa ulama Kerajaan Goa di masa Sultan Alaidin begitu terkenal karena pemahaman dan aktivitas dakwah mereka. Mereka adalah Khatib Tunggal, Datuk ri Bandang, datuk Patimang dan Datuk ri Tiro. Dapat diketahui dan dilacak dari nama para ulama di atas, yang bergelar datuk-datuk adalah para ulama dan mubaligh asal Minangkabau yang menyebarkan Islam ke Makassar.
Pusat-pusat dakwah yang dibangun oleh Kerajaan Goa inilah yang melanjutkan perjalanan ke wilayah lain sampai ke Kerajaan Bugis, Wajo Sopeng, Sidenreng, Tanette, Luwu dan Paloppo.








B.       Kerajaan Islam di Sulawesi
Ø  Kerajaan Gowa Tallo
Pada abad ke 15 di Sulawesi berdiri beberapa kerajaan, diantaranya dari suku bangsa Makasar (Gowa dan Tallo) dan Bugis (Luwu, Bone, Soppeng dan Wajo). 2 kerajaan yang memiliki hubungan baik yaitu kerajaan Gowa dan Tallo. Ibu kota kerajaannya adalah Gowa yang sekarang menjadi Makasar. Kerajaan ini pada abad ke 16 sudah menjadi daerah islam. Masuk dan berkembangnya Islam di Makasar atas juga datuk Ribandang (Ulama adat Minangkabau). Secara resmi kerajaan Gowa Islam berdiri pada tahun 1605 M.
Sejarah Kerajaan Gowa-Tallo (Makassar) - Pada awalnya, Kerajaan Gowa-Tallo yang lebih dikenal sebagai Kerajaan Makassar terdiri dari beberapa kerajaan yang bercorak Hindu, antara lain, Gowa, Tallo, Wajo, Bone, Soppeng, dan Luwu. Dengan adanya dakwah dari Dato'ri Bandang dan Dato' Sulaiman, Sultan Alauddin (Raja Gowa) masuk Islam. Setelah raja memeluk Islam, rakyat pun segera ikut memeluk Islam.

Kerajaan Gowa dan Tallo kemudian menjadi satu dan lebih dikenal dengan nama Kerajaan Makassar dengan pemerintahannya yang terkenal adalah Sultan Hasanuddin (1653-1669). Ia berhasil memperluas pengaruh Kerajaan Makassar sampai ke Matos, Bulukamba, Mondar, Sulawesi Utara, Luwu, Butan, Selayar, Sumbawa, dan Lombok. 

Hasanuddin juga berhasil mengembangkan pelabuhannya dan menjadi bandar transito di Indonesia bagian timur pada waktu itu. Hasanuddin mendapat julukan Ayam Jantan dari Timur. Karena keberaniannya dan semangat perjuangannya, Makassar menjadi kerajaan besar dan berpengaruh terhadap kerajaan di sekitarnya.




Faktor-faktor penyebab Kerajaan Makassar menjadi besar:
http://www.sibarasok.net/2013/10/sejarah-kerajaan-gowa-tallo-makassar.html
1. letaknya strategis, baik sekali untuk pelabuhan;
2. jatuhnya Malaka ke tangan Portugis yang menyebabkan pedagang Islam pindah ke Makassar.

Perkembangan Makassar menyebabkan VOC merasa tersaingi. Makassar tidak tunduk kepada VOC, bahkan Makassar membantu rakyat Maluku melawan VOC. Kondisi ini mendorong VOC untuk berkuasa di Makassar dengan menjalin kerja sama dengan Makassar, tetapi ditolak oleh Hasanuddin. Oleh karena itu, VOC menyerang Makassar dengan membantu Aru Palaka yang telah bermusuhan dengan Makassar. Akibatnya, benteng Borombong dan ibu kota Sombaopu jatuh ke tangan musuh, Hasanuddin ditangkap dan dipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya (1667).

Raja-raja yang terkenal diantaranya :
1.      Sultan Alaudin (1605-1639 M)
Raja pertama Islam di Gowa-Tallo. Kerajaan ini adalah negara maritim yang terkenal dengan perahu-perahu layarnya dengan jenis Pinisi dan lImbo. Pada masa Sultan Alaudin berkuasa, Islam mengalami perkembangan pesat yang daerah kekuasaannya hampir mencakup seluruh daerah Sulawesi.Ia wafat pada tahun 1939 M, setelah menjadi raja selama 34 tahun dan digantikan putranya yang bernama Muhammad Said.
2.    Muhammad Said (1639-1653 M). Raja ini berkuasa selama 14 tahun.
3.    Sultan hasanuddin (1653-1669 M)
    Sultan ini sebagai pengganti dari Muhammad Saed. Pada masa Sultan hasanuddin berkuasa, Gowa – Tallo mencapai puncak kejayaannya. Wilayah kekuasaannya sampai ke pulau Selayar, Butung, Sumbawa dan Lombok. Ia berkuasa selama 16 Tahun.

C.      Peninggalan sejarah islam di Sulawesi
1.       Batu Pelantikan Raja (Batu Pallantikang)
Batu petantikan raja (hatu pallantikang) terletak di sebelah tenggara kompleks makam Tamalate. Dahulu, setiap penguasa baru Gowa-Tallo di sumpah di atas batu ini (Wolhof dan Abdurrahim, tt : 67). Batu pallantikang sesungguhnya merupakan batu alami tanpa pem¬bentukan, terdiri dari satu batu andesit yang diapit 2 batu kapur. Batu andesit merupakan pusat pemujaan yang tetap disakralkan masyarakat sampai sekarang. Pe-mujaan penduduk terhadap ditandai dengan banyaknya sajian di atas batu ini. Mereka meyakini bahwa batu tersebut adalah batu dewa dari kayangan yang bertuah.

2.        Mesjid Katangka didirikan pada tahun 1605 M.
Sejak berdirinya telah mengalami beberapa kali pemugaran. Pemugaran itu berturut-turut dilakukan oleh: [a] Sultan Mahmud (1818); [b] Kadi Ibrahim (1921); [c] Haji Mansur Daeng Limpo, Kadi Gowa (1948); dan [d] Andi Baso, Pabbicarabutta GoWa (1962) sangat sulit meng¬identifikasi bagian paling awal (asli) bangunan mesjid tertua Kerajaan Gowa ini.
Yang masih menarik adalah ukuran tebal tembok kurang lebih 90 cm, hiasan sulur-suluran dan bentuk mimbar yang terbuat dari kayu menyerupai singgasana dengan sandaran tangan. Hiasan makhuk di samarkan agar tidak tampak realistik. Pada ruang tengah terdapat empat tiang soko guru yang mendukung konstruksi bertingkat di atasnya. Mimbar dipasang permanen dan diplaster. Pada pintu masuk dan mihrab terdapat tulisan Arab dalam babasa Makassar yang menyebutkan pemugaran yang dilakukan Karaeng Katangka pada tahun 1300 Hijriah.

3.      Makam Syekh Yusuf
Kompleks makam ini terletak pada dataran rendah Lakiung di sebelah barat Mésjid Katangka. Di dalam kompleks ini terdapat 4 buah cungkup dan sejumlah makam biasa. Makam Syekh Yusuf terdapat di dalam cungkup terbesar, berbentuk bujur sangkar Pintu masuk terletak di sisi Selatan. Puncak cungkup berhias keramik. Makam ini merupakan makam kedua. Ketika wafat di pengasingan, Kaap, tanggal 23 Mei 1699, beliau di¬makamkan untuk pertama kalinya di Faure, Afrika Selatan. Raja Gowa meminta kepada pemerintah Belanda agar jasad Syekh Yusuf dipulangkan dan dimakamkan di Gowa. Lima tahun sesudah wafat (1704) baru per¬mintaan tersebut dikabulkan. Jasadnya dibawa pulang bersama keluarga dengan kapal de Spiegel yang berlayar langsung dan Kaap ke Gowa. Pada tanggal 6 April 1705, tulang kerangka Syekh Yusuf dimakamkan dengan upacara adat pemakaman bangsawan di Lakiung. Di atas makamnya dibangun kubah yang disebut kobbanga oleh orang Makassar.
Makam Syekh Yusuf mempunyai dua nisan tipe Makassar, terbuat dari batu alam yang permukaannya sangat mengkilap. Hal ini dapat terjadi karena para peziarah selalu menyiramnya dengan minyak kelapa atau semacamnya. Sampai sekarang peziarah masih sangat ramai mengunjungi tokoh ulama (panrita)dan intelektual (tulnangngasseng) yang banyak berperan dalam perkembangan dan kejayaan kerajaan Gowa-Tallo abad pertengahan.
Dalam lontarak "Riwayakna Tuanta Salamaka ri Gowa7, Syekh Yusuf dianggap Nabi Kaidir (Abu Hamid, 1994: 85). la tokoh yang memiliki keistimewaan, seperti berjalan tanpa berpijak di tanah. Dalam usia belia ia sudah tamat mempelajari kitab fiqih dan tauhid. Guru tarekat Naqsabandiayah, Syattariyah, Ba'alaniiyah, dan Qadriyah. Wawasan sufistiknya tidak pernah menyinggung pertentangan antara Hamzah Fanzuri yang me-ngembangkan ajaran Wujudiyah dan Syekh Nuruddin ar-Raniri.

4.      Benteng Tallo
Benteng Tallo terletak di muara sungai Tallo. Benteng dibangun dengan menggunakan bahan batu bata, batu padas/batu pasir, dan batu kurang. Luas benteng diper¬kirakan 2 kilometer Bardasarkan temuan fondasi dan susunan benteng yang masih tersisa, tebal dinding benteng diperkirakan mencapai 260 cm.

Akibat perjanjian Bongaya (1667) benteng dihancurkan. Sekarang, sisa-sisa benteng dan bekas aktivitas berserakan. Beberapa bekas fondasi, sudut benteng (bastion) dan batu merah yang tersisa sering dimanfaatkan penduduk untuk berbagai keperluan darurat, sehingga tidak tampak lagi bentuk aslinya. Fondasi itu mengelilingi pemukiman dan makam raja-raja Tallo.

D.      Kedatangan  Orang Melayu di Tanah Bugis Makassar
Bardasarkan sumber-sumber yang telah ditemukan, dapat dikatakan bahwa  gelombang  emigran  orang-orang Bugis Makassar  ke Semenangjung Melayu melalui tiga priode. , Pertama  berlangsung pada masa  sebelum  kawasan Sulawesi Selatan memasuki  proses Islamisasi. Mereka itu sudah tersebar di berbagai tempat semenangjung  Sumatra, Malaka dan Kalimantan yang menghubungkan kawasan-kawasan itu dengan rute  perdagangan dengan Pusat Melaka, Kelompok Bugis pada masa itu belum membentuk dirinya dalam suatu kekuatan militer, mereka umumnya masih hidup dalam kelompok-kelompok kecil  sebagai pedagang antar pulau dan sebagai nelayan. Itulah sebabnya mereka pada umumnya tinggal di kawasan pantai  mereka dapat dikatakan kelompok  the sea men atau orang laut.
Gelombang  kedua terjadi padamasa proses Islamisasi  sedang berlangsung di Sulawesi Selatan. Masa berlangsung Islamisasi itu berkaitan erat  dengan gerakan politik yang si lancarkan Kerajaan Gowa  dan sekutu-sekutunya untuk menundukkan  kwasan-kawasan yang belum masuk Islam  dan sampai Islam diterima masyarakat setempat  konflik politik juga masih berlangsung.
Gelombang ketiga berlangsung setelah  kerajaan Gowa dan Wajo jatuh di tangan VOC . Masa inilah merupakan periode yang paling  banyak terjadi perpindahan orang-orang Bugis Makassar kesemenagjung Melayu.  Perpindahan yang terjadi dalam gelombang ini  berbentuk kelompok yang besar . Mereka tidak saja terdiri dari  masyarakat lapisan bawah  tatapi apat dikatakan terdiri dari  smua lapisan sosial
Dari ketiga gelombang yang disebutkan di atas,  gelombang terkhir inilah yang paling menarik,  masalahnya adalah karena faktor pemindahan  berkaitan erat dengan  akibat langsung peperangan  yang terjadi di kawasan Sulawesi Selatan. Orang-orang Bugis Makassar  yang termasuk ke dalam  gelombang yang terakhir ini  dipimpin langsung oleh kelompok bangsawan. Dengan sisa-sisa kekuatan militer  dan kekayaan yang mereka miliki  kelompok bangsawan ini mengikuti pengikut pengikutnya  atau rakyat yang meninggalkan  kampung halamannya untuk merantau dengan tujuan  utamanya untuk melanjutkan  perjuangan melawan kekuasaan Belanda.Perjuangan dalam melawan kekuasaan Belanda  itu dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan melakukan gangguan pada rute perdagangan atau  pelayaran Belanda di Selat Makassar, pantai Ambon dan di Selat Malaka  pantau Kaliman tan yang starategis dan Kepulauan Riau. Tindakan mereka dikaitkan dengan  “bajak laut”
Sejak kedatangan orang-orang Melayu di kerajaan Makassar (Kerajaan Gowa) peranannya tidak hanya dalam perdagangan dan penyebaran agama, tetapi juga dalam kegiatan sosial budaya. Peranan orang-orang Melayu di Kerajaan  Gowa misalnya, menyebabkan Raja Gowa ke XII, Mangarai Daeng Pamatte Karaeng Tunijallo membangun sebuah Mesjid di Kampung Mangallekana untuk kepentingan para saudagar Melayu agar mereka betah tinggal di Makassar, sekalipun ia sendiri belum beragama Islam. Adanya perkampungan para saudagara Melayu itu  membuat struktur kekuasaan Kerajaan Gowa  dibantu juga oleh orang-orang Melayu dan  memegang peranan penting di Istana Kerajaan Gowa. Hal itu dapat ditemukan dalam untaian kalimat  sebagai berikut:
‘Kamilah orang-orang Melayu yang mengajar anak negeri duduk berhadap hadapan dalam pertemuan adat, mengajar menggunakan keris panjang yang disebut tatarapang, tata cara berpakaian dan berbagai hiasan untuk para anak bangsawan
Dalam periode tahun .1546-1565 pada masa raja Gowa ke 10, seorang keturunan Melayu berdarah campuran Bajo yang amat terkemuka bernama I Mangambari Kare Mangaweang, yang juga dikenal dengan nama I Daeng Ri Mangallekana diangkat sebagai sahbandar ke II Kerajaan Gowa, sejak saat itu secara turun temurun jabatan Sahbandar berturut-turut dipegang oleh orang Melayu sampai dengan Sahbandar Ince Husein, Sahbandar terakhir th 1669 ketika kerajaan Gowa mengalami kekalahan perang melawan VOC.
           Jabatan penting lainnya ialah juru tulis istana dijabat pula oleh orang-orang Melayu Incik Amin, juru tulis istana di zaman Sultan Hasanuddin Raja Gowa ke XVI (1653-1669) adalah juru tulis istana yang terakhir dan amat terkenal di zaman kebesaran Kerajaan Gowa. Sebuah karya tulisnya yang amat indah berjudul : Syair Perang Makassar” mengisahkan saat-saat terakhir kerajaan Gowa tahun 1669.
Salah satu sumbangan utama orang-orang Melayu di Indonesia Timur, khususnya di Sulawesi ialah upayanya dalam menyebarkan Agama Islam dan penyebaran  dan penyebaran Kebudayaan Melayu di Sulawesi. Pada tahun 1632 Rombongan Migran Melayu dari Patani tiba di Makassar. Rombongan besar ini dipimpin oleh seorang bangsawan Melayu dari Patani bernama Datuk Maharajalela  Turut serta dengannya kemanakannya suami istri yang bergelar
Datuk Paduka Raja bersama istrinya yang bergelar Putri Senapati, Raja Gowa memberinya tempat di sebelah selatan Somba Opu, Ibu Kota Kerajaan Gowa, karena disana telah berdiri Perkampungan Melayu asal Patani. Sejak saat itu Salajo diganti menjadi kampung Patani, hingga sekarang.






BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Sebelum hadirnya Islam, masyarakat di Sulawesi telah menganut agama Katholik, Kristen, Hindu, dan Budha, serta animisme. Kaya tradisi dan kebudayaan kuno. Kemudian setelah hadirnya Islam di Sulawesi terjadilah perubahan yang cukup signifikan dalam segi hubungan social antar penduduk serta perdagangan, tetapi tidak menghapus tradisi yang ada.
B.   Saran
Untuk lebih menambah wawasan dan memperbaiki makalah ini perlulahkiranyasaran yang membangun dari para teman-teman maupun dari kalangan yang berkomitmen terhadap Sejarah  Islam Indonesia.



Globalisasi di Bidang Pertahanan dan Keamanan


Daftar Isi

Halaman Judul………………………………………………………………………….
Kata Pengantar .......................................................................................................
Daftar Isi                     ..............................................................................................
BAB 1 : Pendahuluan
A.    Latar Belakang ...............................................................................................
B.    Rumusan Masalah...............................................................................................
C.    Tujuan Penulisan…………………………………………………………………..
BAB 2 : Pembahasan
A.  Pengertian Globalisasi dan Pertahanan Keamanan Nasional RI ……………………………
B.  Aspek-aspek yang Mempengaruhi Pertahanan Keamanan Nasional Terhadap Globalisasi RI...
C.  Ciri-ciri adanya Fenomena Globalisasi…………………………………………………………
D.  Faktor-faktor Terjadinya Globalisasi…………………………………………………………...
E.  Dampak Globalisasi Terhadap Pertahanan Keamanan Nasional RI……………………………
F.  Tantangan Globalisasi Terhadap Pertahanan Keamanan Nasional RI………………………….
BAB 3 : Penutup
A.    Kesimpulan ......................................................................................................
B.    Saran ................................................................................................................
Daftar Pustaka .......................................................................................................








BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia.
Sebagai proses, globalisasi berlangsung melalui dua dimensi dalam interaksi antar bangsa, yaitu dimensi ruang dan waktu. Ruang makin dipersempit dan waktu makin dipersingkat dalam interaksi dan komunikasi pada skala dunia. Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain-lain. Teknologi informasi dan komunikasi adalah faktor pendukung utama dalam globalisasi.Dewasa ini, perkembangan teknologi begitu cepat sehingga segala informasi dengan berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh dunia.
Oleh karena itu globalisasi tidak dapat kita hindari kehadirannya. Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain-lain akan mempengaruhi nilai-nilai nasionalisme terhadap bangsa.





B.    Rumusan Masalah

1.      Apa Pengertian Globalisasi dan Pertahanan Keamanan Nasional RI?
2.       Bagaimana Aspek-aspek yang Mempengaruhi Pertahanan Keamanan Nasional Terhadap Globalisasi RI?
3.      Apa saja Ciri-ciri adanya Fenomena Globalisasi ?
4.      Bagaimana Faktor-faktor Terjadinya Globalisasi ?
5.      Bagaimana Dampak Globalisasi Terhadap Pertahanan Keamanan Nasional RI ?
6.      Apa saja Tantangan Globalisasi Terhadap Pertahanan Keamanan Nasional RI ?

C.   Tujuan Penulisan

1.      Mengetahui Pengertian Globalisasi dan Pertahanan Keamanan Nasional RI     
2.      Menyebutkan Aspek-aspek yang Mempengaruhi Pertahanan Keamanan Nasional RI Terhadap Globalisasi
3.      Menyebutkan Ciri-ciri adanya Fenomena Globalisasi
4.      Menjelaskan Faktor-faktor Terjadinya Globalisasi
5.      Menjelaskan Dampak Globalisasi Terhadap Pertahanan Keamanan RI
6.      Menjelaskan Tantangan Globalisasi Terhadap Pertahanan Keamanan Nasional RI














BAB II
PEMBAHASAN


1.     Pengertian Globalisasi dan Pertahanan Keamanan Nasional Republik Indonesia
Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi biasa. Globalisasi memang memiliki sifat mengancam yang menakutkan. Dua kali perang dunia pada abad lalu dipicu oleh persaingan global untuk memperebutkan sumber daya ekonomi.
Contoh paling mutakhir: pendudukan Amerika Serikat atas Irak yang telah berlangsung 4 tahun juga menunjukkan hal yang sama meskipun dibungkus dengan berbagai argumen. Pengaruh asing dapat dianalogikan sebagai virus yang menakutkan, namun selama ketahanan nasional sebagai sistem kekebalan tubuh cukup kuat, virus tersebut seharusnya tidak menjadi kekuatan yang mengancam. Polemik dan retorika tidak membantu menciptakan daya saing yang diperlukan untuk terwujudnya Kebangkitan Nasional.
Ketahanan nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa, yang berisi keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam mengatasi segala ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan,baik dari luar negeri maupun dalam negeri, yang langsung maupun tidak langsung membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan Negara serta perjuangan dalam mengejartujuan nasional Indonesia (Suradinata, 2005:47). Beberapa bentuk ancaman tersebut menurut doktrin hankamnas (catur dharma eka karma) meliputi:



1.      Ancaman di Dalam Negeri
Internal kebangsaan, ancaman dalam negeri menjadi tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia dalam mengukuhkan ketahanan nasional bangsa Indonesia dalam berbagai kondisi ancaman yang berasal dari dalam negeri. Ancaman ini bisa berupa pemberontakan, subversi, kudeta, atau apa pun namanya yang berasal atau terbentuk dari masyarakat Indonesia.

2.      Ancaman dari luar
Dalam bentuk fisiknya, ancaman seperti ini dapat kita jumpai dalam beberapa istilah di bawah ini yang sangat akrab di telinga kita, antara lain: infiltrasi, subversi dan intervensi dari kekuatan kolonialisme dan imperialisme serta invasi dari darat, udara dan laut oleh musuh dari luar negri. Namun, dalam bentuk non-fisiknya ancaman seperti ini jauh lebih berbahaya dari sekedar perang fisik. Ia bisa berwujusd perang pemikiran, propaganda global, pelemehan sistem – sistem kehidupan yang bersentuhan dengan sensitifitas agama, ras, budaya, dll. Hal ini jika tidak disadari dan dibiarkan berlarut – larut akan memicu kemerosotan suatu bangsa. Dimulai dsari kemerosotan finansial, hingga kemerosotan moral. Akhirnya, jatah sebuah peradaban tersebut untuk tetap eksis dalam kancah dunia tinggal menghitung hari saja.

2.      Aspek-aspek yang Mempengaruhi Pertahanan Keamanan Nasional RI Terhadap Globalisasi
Saat ini, bangsa Indonesia masih berada dalam perkembangan ekonomi yang sampai sekarang belum pulih dari krisis. Dan negara ini akan goyah lagi apabila dihantam oleh globalisasi jika kemampuan, produktivitas masyarakat tidak ditingkatkan sesuai dengan kemampuan bangsa lain, sehingga bisa bersaing di dalam pasar globalisasi. Sebagai upaya untuk mengatasi tantangan masa depan bangsa ini maka kita sebagai bangsa yang besar memerlukan pemimpin yang memiliki wawasan ketahanan yang luas. Karena era globaslisai akan mempengaruhi masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan.
Aspek pertama, sosial-politik yang juga akan terpengaruh globalisasi. Keadaan sosial politik bangsa akan berpengaruh ataupun dipengaruhi oleh dunia luar dan bisa merubah paham dan asas yang sudah dianut. Ini akan melemahkan Ketahanan Nasional Indonesia dan menurukan wibawa bangsa di mata bangsa lain. Aspek kedua, dalam kehidupan tatanan nasional akan dipengaruhi secara langsung juga dengan globalisasi. Untuk itu diperlukan kebijakan-kebijakan dari pemerintah hasil pemilu presiden 2004 untuk dapat mengatasinya. Aspek ketiga, apabila kebijakan-kebijakan pemerintah salah maka globalisasi akan memperlemah Ketahanan Nasional. Pemerintah diharuskan mengambil langkah dan kebijakan untuk mengaantisipasi gelombang globalisasi di masa mendatang.

Aspek-aspek dalam Pertahanan Keamanan Nasional RI dalam Mengatasi Globalisasi

1.   Aspek-aspek yang dikedepankan dalam ketahanan nasional dalam ini meliputi:
a.       Kemampuan dan kekuatan untuk mempertahankan kelangsungan hidup (survival, identitas dan integritas bangsa dan negara),
b.      Kemampuan dan kekuatan untuk mengembangkan kehidupan bernegara dan berbangsa dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional.
c.       Berpedoman pada wawasan nasional; Wawasan nusantara merupakan cara pandang bangsa Indonesia terhadap diri dan lingkungannya berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Wawasan nusantara juga merupakan sumber utama dan landasan yang kuat dalam menyelenggarakan kehidupan nasional sehingga wawasan nusantara dapat disebut sebagai wawasan nasional dan merupakan landasan ketahanan nasional.
Ketahanan nasional memiliki beberapa sifat yang melandasinya untuk tetap memberikan kontribusi konstruktif bagi Indonesia. Sifat-sifat tersebut antara lain tercermin dari beberapa hal di bawah ini, antara lain:
a)      Mandiri, artinya ketahanan nasional bersifat percaya pada kemampuan dan kekuatan sendiri dengan keuletan dan ketangguhan yang mengandung prinsip tidak mudah menyerah serta bertumpu pada identitas, integritas, dan kepribadian bangsa.
b)      Dinamis, artinya ketahanan nasional tidaklah tetap, melainkan dapat meningkat ataupun menurun bergantung pada situasi dan kondisi bangsa dan negara, serta kondisi lingkungan strategisnya.
c)      Manunggal, artinya ketahanan nasional memiliki sifat integratif yang diartikan terwujudnya kesatuan dan perpaduan yang seimbang, serasi, dan selaras di antara seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
d)     Wibawa, artinya ketahanan nasional sebagai hasil pandangan yang bersifat manunggal dapat mewujudkan kewibawaan nasional yang akan diperhitungkan oleh pihak lain sehingga dapat menjadi daya tangkal suatu negara.
e)      Konsultasi dan kerjasama, artinya ketahanan nasional Indoneisa tidak mengutamakan sikap konfrontatif dan antagonis, tidak mengandalkan kekuasaan dan kekuatan fisik semata, tetapi lebih pada sifat konsultatif dan kerja sama serta saling menghargai dengan mengandalkan pada kekuatan moral dan kepribadian bangsa.

2.     Esensi Nasionalisme Indonesia yang harus Dipertahankan
Sesungguhnya nilai-nilai nasionalisme (faham tentang kebangsaan) itu bersumber dari sosio-kultural bangsa dan bumi Indonesia. Sekalipun akan mengalami interaksi dengan dunia luar dalam era globalisasi, tetapi hakekatnya tidak boleh berubah. Seperti halnya nilai-nilai Pancasila sebagai esensi pertama, secara intrinsik tidak akan berubah, apalagi hal itu memiliki nilai-nilai mendasar dan sebagai “way of life” bangsa Indonesia, serta sebagai dasar Negara Republik Indonesia akan tetap dapat dipertahankan. Sekalipun saat ini mengalami pasang surut dan mungkin sedikit “memudar” sifatnya tentu sementara. Esensi kedua adalah UUD’ 45 sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia, akan tetap menjadi kaidah utama. Kita sadari dan di implementasi-kan bahwa untuk menata negara dan masyarakat diperlukan berbagai undang-undang dan peraturan yang tentunya harus bersumber pada Undang-Undang Dasar ini. Faham kebangsaan kita menyadari dengan sepenuhnya, bahwa semua tata kehidupan bangsa, harus telah tertuang dan teratur didalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar tersebut. Hal ini sekaligus merupakan komitmen kita bersama dalam mendirikan Negara Republik Indonesia.
Esensi ketiga adalah Rasa cinta tanah air dan rela berkorban. Sebagai bangsa yang merdeka karena perjuangan melawan penjajah dan telah mengorbankan jiwa raga beribu-ribu pahlawan bangsa, maka rasa kebangsaan kita harus dilandasi oleh tekad dan semangat terus berupaya mencintai tanah air Indonesia dengan segala isi yang terkandung didalamnya sepanjang masa. Karena hanya dengan rasa cinta tanah air, bangsa ini akan tetap utuh dan akan rela berkorban pula bagi kejayaan bangsa dan Negaranya. Sekalipun “hujan emas” di negeri orang tentu tidak seindah hidup di negeri sendiri, walaupun serba menghadapi kesulitan dan kemiskinan.
Esensi keempat adalah rasa persatuan dan kesatuan bangsa didalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini yang sekarang terkoyak-koyak dan nyaris menghadapi disintegrasi. Pengaruh globalisasi sangat besar, eforia-reformasi, telah membuat bangsa Indonesia hampir-hampir kehilangan arah dan tujuan. Ide sparatisme dan upaya-upaya memisahkan diri dari NKRI oleh beberapa daerah, adalah contoh nyata yang perlu kita cegah. Kalau ide tersebut dibiarkan berkembang maka Negara Kesatuan Republik Indonesia mengalami ancaman yang serius. Sudah tentu hal tersebut mengingkari akar nilai-nilai persatuan dan kesatuan, yang telah dirintis oleh para pendahulu Republik ini.
Esensi kelima tentang wawasan kebangsaan yang bersumber dari wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional hendaknya terus dapat melekat pada hati dan dihayati sepenuhnya oleh warga Negara Indonesia, sehingga tertanam pola pikir, pola sikap dan pola tindak yang sarwa Nusantara, merangkul semua kepentingan dan mengarahkan pada cita-cita dan tujuan pembangunan Nasional. Yang keenam adalah disiplin nasional. Bangsa yang ingin maju dan mandiri harus memiliki disiplin nasional yang tinggi. Nasionalisme berakar pula pada budaya disiplin bangsa tersebut. Justru antara disiplin nasional dan nasionalisme, merupakan dua sisi mata uang yang saling berpengaruh. Makna dan esensi disiplin nasional akan terlihat pada disiplin para penyelenggara Negara, tertib dan lancarnya pelayanan masyarakat, serta dalam berbagai kehidupan sehari-hari.

3.    Antisipasi Pengaruh Negatif Globalisasi Terhadap Nilai Nasionalisme
Langkah-langkah untuk mengantisipasi dampak negatif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme antara lain yaitu :
1)      Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal semangat mencintai produk dalam negeri.
2)       Menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dengan sebaik- baiknya.
3)      Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik- baiknya.
4)      Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukum dalam arti sebenar- benarnya dan seadil- adilnya.
5)      Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi, sosial budaya bangsa.


3.     Ciri-ciri adanya Fenomena Globalisasi

Beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena globalisasi didunia diantaranya sebagai berikut.
a.       Perubahan dalam konsep ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turis memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.
b.      Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan dan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multi internasional, dominasi organisasi semacam World Trade Organization.
c.       Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olahraga international). Saat ini, kita dapat mengkonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang meintas beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fasion, literatur, dan makanan.
d.      Meningkatkan masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi regional, dan lain-lain. Globalisasi terjadi melalui berbagai saluran, di antaranya:
1)      Lembaga pendidikan dan ilmu pengetahuan;
2)      Lembaga keagamaan;
3)      Indutri internasional dan lembaga perdagangan;
4)      Wisata mancanegara;
5)      Saluran komunikasi dan telekomunikasi internasional;
6)      Lembaga internasional yang mengatur peraturan internasional; dan
7)      Lembaga kenegaraan seperti hubungan diplomatik dan konsuler.

4.     Faktor-faktor Terjadinya Globalisasi

1.      Kemajuan IPTEK terutama dalam bidang informasi dan inovasi-inovasi baru di dalam teknologi yang mempermudah kehidupan manusia.
2.      Perdagangan bebas yang ditunjang oleh kemajuan IPTEK.
3.      Kerjasama regional dan internasional yang telah menyatukan kehidupan berusaha dari bangsa-bangsa tanpa mengenal batas negara.
Meningkatnya kesadaran terhadap hak-hak asasi manusai serta kewajiban manusia di dalam kehidupan bersama, dan sejalan dengan itu semakin meningkatnya kesadaran bersama dalam alam demokrasi. (H.A.R. Tilaar, 1997).

5.     Dampak Globalisasi Terhadap Pertahanan Keamanan Nasional RI

Kekuatan globalisasi menurut analisis para ahli pada umumnya bertumpu kepada 4 kekuatan global, yaitu dampak globalisasi terbagi 2 yaitu:
1.      Dampak Positif
2.      dampak negatif

1)      Dampak Positif Globalisasi
a.       Globalisasi Ekonomi
Terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan nasional bangsa.
b.      Globalisasi Sosial Budaya
Dalam globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap bangsa.


2)      Dampak Negatif Globalisasi
a.       Ideologi Bangsa
Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang
b.      Aspek Ekonomi
Dalam aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri membanjiri di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.

Dampak Globalisasi terhadap Kehidupan Bangsa RI

Dari aspek ideologi, Pancasila yang merupakan “way of life” bangsa Indonesia saat ini menghadapi tantangan serius, bukan saja orang enggan bicara tentang Pancasila, tetapi justru nilai-nilai yang terkandung didalamnya nyaris tidak lagi dihayati dan diamalkan. Mungkin hal ini adalah akibat dan sikap traumatis dari pengalaman masa lalu, atau dapat pula karena terlahir generasi baru yang telah menganggap bahwa Pancasila sudah tidak bermakna lagi.
Distorsi pemahaman dan implementasi yang terjadi saat ini, dapat kita amati fenomenanya antara lain :
Ø   Terjadinya kemerosotan (dekadensi) moral, watak, mental dan perilaku/ etika hidup bermasyarakat dan berbangsa terutama pada generasi muda.
Ø  Gaya hidup yang Hedonistik, materialistik konsumtif dan cenderung melahirkan sifat ketamakan atau keserakahan, serta mengarah pada sifat dan sikap individualistik.    
Ø  Timbulnya gejala politik yang berorientasi kepada kekuatan, kekuasaan dan kekerasan, sehingga hukum sulit ditegakkan.
Ø  Persepsi yang dangkal, wawasan yang sempit, beda pendapat yang berujung bermusuhan, anti terhadap kritik serta sulit menerima perubahan yang pada akhirnya cenderung anarkhis.
Ø  Birokrasi pemerintahan terlihat semakin arogan berlebihan, cenderung KKN dan sukar menempatkan diri sebagai pelayan masyarakat. Pemberan-tasan korupsi yang berakar pada birokrasi ini yang terasakan amat sulit karena telah membudaya.
Indonesia beberapa kali pernah menelurkan gagasan-gagasan besar sebagai jawaban atas tantangan globalisasi. Indonesia merupakan negara pertama yang memproklamasikan kemerdekaannya setelah Perang Dunia kedua berakhir dan merupakan penggagas berdirinya Gerakan Non Blok pada masa perang dingin. Indonesia juga merupakan penggagas sistem bagi hasil dalam industri minyak dan gas sebagai alternatif terhadap sistem konsesi yang dianggap sebagai bentuk kolonialisme baru.
Kelemahan-kelemahan yang terjadi dalam implementasi gagasan-gagasan besar tersebut seharusnya dapat menjadi pemacu semangat dalam melakukan perencanaan strategi dan konsolidasi yang lebih baik dalam peningkatan kemampuan untuk menghadapi tantangan globalisasi. Dengan kata lain konsepsi ketahanan nasional merupakan pedoman untuk meningkatkan keuletan dan ketangguhan bangsa yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dengan pendekatan kesejahteraan dan keamanan. Kesejahteraan dapat digambarkan sebagai kemampuan bangsa dalam menumbuhkan dan mengembangkan nilai-nilai nasionalnya demi sebesar-besarnya kemakmuran yang adil dan merata, rohaniah dan jasmaniah. Sedangkan keamanan adalah kemampuan bangsa melindungi nilai-nilai nasional terhadap ancaman dari luar maupun dari dalam.

6.      Tantangan Globalisasi Terhadap Pertahanan Keamanan Nasional RI

1)      Konsepsi Ketahanan Nasional. Konsepsi pengembangan kekuatan nasional melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan yang seimbang, serasi dan selaras dalam seluruh aspek kehidupan secara utuh.
2)      Ekonomi kerakyatan harus menghindari sistem monopoli ekonomi. Sehingga terciptanya system ekonomi yang bebas dan tidak di monopoli oleh pihak-pihak tertentu.
3)      Kehidupan sosial budaya bangsa dan masyarkat Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, rukun, bersatu, cinta tanah air, maju, dan sejahtera dalam kehidupan yang serba selaras, serasi dan seimbang serta mampu menangkal penetrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan nasional.



BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Nasionalisme bangsa Indonesia belum memudar, sekalipun saat ini didera oleh pengaruh globalisasi dan liberalisasi serta proses demokratisasi. Tantangan baru ini harus dihadapi dengan serius dan optimisme, bilamana tidak di pupuk kembali dan tidak mendapat dorongan semangat baru oleh para pemimpin bangsa ini, maka tidak mustahil faham tentang kebangsaan ini akan tersapu oleh peradaban baru yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai luhur sosio-kultural bangsa kita. Adapun kesimpulan yang dapat kita ambil dari pembahasan ini antara lain adalah:
a)      Pengembangan illmu pengetahuan dan teknologi dalam ilmu komunikasi dapat meningkatkan ketahanan nasional, yang dengan adanya komunikasi semua informasi yang ada diseluruh nasional agar dapat menciptakan keharmonisan dan keselarasan dalam berbangsa dan bernegara.
b)      Dalam era globalisasi ini dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga dapat menyebabkan persoalan-persoalan mendasar yaitu “apakah kita bisa menyaring informasi yang kita terima dari seluruh dunia”.
c)      Globalisasi, keterbukaan dan ketahanan informasi dapat menguji ketahanan nasional kita dalam upaya tetap mempertahankan jati diri dan kepribadian bangsa.
B.   Saran
Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang pertahanan keamanan. Isu yang dihembuskan oleh negara-negara dunia pertama (amerika serikat dan sekutunya) sekaran dibidang ini adalah terorisme global.Sementara pengertian terorisme ini sampai sekarang belum ada kesamaan pandangan antar negara satu dengan lainnya didunia. Oleh karena itu lantas ditafsirkan menurut negara berikut kepentingannya masing-masing.